Rekor baru terus diciptakaan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam beberapa pekan terakhir. Jika akhir tahun lalu (2009), IHSG ditutup pada posisi 2.530,92, pada perdagangan akhir hari ini, IHSG ditutup pada posisi level 3.546,95.

Meski melemah 39,23 poin dari posisi kemarin yang bercokol pada posisi 3.586,18, angka ini telah jauh meninggalkan posisi di akhir tahun lalu. Peningkatan 1.000 poin merupakan rekor tertinggi Bursa Efek Indonesia selama 32 tahun berdiri.

“Indeks nggak turun-turn bikin gregetan,” kata Analis PT Anugerah Securindo Indah Viviet S Putri kepada VIVAnews di Jakarta, Jumat 8 Oktober 2010.

Dia menuturkan, minat investor asing, terutama investor yang biasa berinvestasi di negara maju mulai mengalihkan portofolionya ke emerging market. “Sebagian alasannya karena negara maju juga menurunkan suku bunganya,” ujar Viviet.

Dana asing itu akan mengalir ke emiten yang melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO). Pada kuartal IV-2010, setidaknya terdapat 13 perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.

Angka ini melampui target otoritas bursa di awal tahun yang hanya menargetkan 25 penawaran saham umum perdana. Viviet memperkirakan, pertambahan IPO perusahaan akan menggeser posisi indeks ke level 3.800.

Terakhir, bursa telah mengeluarkan izin pra efektif untuk IPO PT Bank Sinarmas dan PT Bumi Resources Mineral. “Untuk Sinarmas sudah kita keluarkan pekan lalu, sedangkan untuk Bumi Resources Mineral baru saja,” tutur Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito.

Bumi Resources Mineral merupakan anak usaha PT Bumi Resources Tbk yang dikendalikan oleh grup Bakrie. Bursa Efek sebenarnya beberapa saat lalu menahan izin pra efektif. Namun, Eddy mengatakan perseroan telah memenuhi persyaratan.

“Memang kemarin kita tahan dulu karena ada poin laporan keuangan mereka yang belum lengkap, tapi sekarang mereka sudah memasukkan,” kata dia. Poin itu berupa laba perusahaan. Eddy menambahkan, perseroan baru memasukkan nilai laba yang diperoleh.

Sementara itu, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) tengah menggodok permintaan izin efektif IPO dari delapan emiten.

Antara lain, PT Tower Bersama Infrastructure yang menawarkan 755 juta lembar saham, PT Agung Podomoro Land sebanyak 6,15 miliar saham, PT Midi Utama Indonesia menawarkan 432,35 lembar saham dengan nominal Rp100 per saham, PT Wintermar Offshore Marine yang menawarkan 900 juta lembar, dan Bank Sinarmas sebanyak 1,6 miliar lembar saham.

Adapun, nilai kapitalisasi Bursa Efek Indonesia juga bertambah seiring penambahan pencatatan perusahaan di bursa. “Besarnya kapitalisasi itu juga membuat PE (Price Earning) Indonesia cukup menarik,” kata Viviet.

Berapakah angkanya? Tingkat PE IHSG  hampir menyamai Indeks Shenzhen Cina. Saat ini, tingkat PE IHSG mencapai 33,34 kali, sedangkan Shenzhen 35 kali. Adapun Indeks Nikkei, hanya memiliki PE sebesar 22,99 kali. Namun, Viviet mengingatkan angka ini akan menyesuaikan jika perusahaan banyak yang melakukan IPO di BEI.

Ia menuturkan, seharusnya pemerintah menangkap peluang derasnya dana asing yang masuk (capital inflow) ini. “Pemerintah wajib menyediakan dan membuka peluang bagi para investor dengan menyiapkan infrastruktur dan sarana yang mendukung lainnya,” kata Viviet.

Viviet menyayangkan, kebijakan impor barang dari Menteri Perdagangan baru-baru ini. “Sangat bertolak belakang dengan masuknya dana asing,” ujar dia.

Penambahan perusahaan yang melakukan IPO ini dinilai Michael Tjoajadi, direktur utama PT Schroders Indonesia, dapat meningkatkan daya saing Indonesia terhadap bursa China dan India. Ia memperkirakan Indonesia butuh kapitalisasi pasar sebesar Rp10 ribu Triliun.

Saat ini, usai pencatatan saham PT Indofood CBP Tbk (ICBP), kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia mencapai Rp3.048 triliun. (sj)

• VIVAnews